Minggu, 28 Februari 2016

Studi Baru Adanya PERLAMBATAN PERUBAHAN IKLIM


Kontroversi, Studi Baru Mengungkap Adanya Pelambatan Perubahan Iklim
Bagi kalangan ilmuwan, hasil studi ini mengejutkan. Sebelumnya, argumen adanya pelambatan selalu diajukan oleh kalangan yang menyangkal adanya perubahan iklim
Perdebatan tentang adanya pelambatan dalam perubahan iklim kembali menghangat. Studi terbaru yang dipublikasikan di jurnal Nature Climate Change pada Rabu (26/2/2016) menunjukkan bahwa pelambatan dalam perubahan iklim (tepatnya pemanasan global) memang ada. Bagi kalangan ilmuwan, hasil studi ini mengejutkan. Sebelumnya, argumen adanya pelambatan ataupun "pause" selalu diajukan oleh kalangan yang menyangkal adanya perubahan iklim.
Kini, argumen itu datang dari hasil riset peneliti top dunia. Peneliti meliputi Gerald Meehl dari National Center for Atmospheric Research dan Machael Mann dari Pennsylvania State University. Riset dipimpin oleh John Fyfe dari Canadian Center for Climate Modelling and Analysis, University of Victoria. (Baca pula Menumbuhkan Kembali Hutan Hujan Bantu Batasi Perubahan Iklim)
Bertentangan dengan Studi Sebelumnya
Tahun 2015 lalu, sebuah studi telah menyatakan bahwa pelambatan adau pause dalam perubahan iklim tidak ada. Thomas Karl dari Badan Administrasi Kelautan dan Atmosfer Amerika Serikat (NOAA) dalam publikasinya di jurnal Science pada 26 Juni 2015 lalu mengungkapkan, pelambatan dalam perubahan iklim adalah produk dari "sampah" data.

Setelah data dikoreksi, pelambatan itu tak terlihat. Dalam hitungan Karl, laju pemanasan antara tahun 1950 - 1999 adalah 0,113 per dekade. Sementara, laju pemanasan antara tahun 2000 - 2014 adalah 0,116. Jadi, relatif sama. Namun menurut Fyfe dan timnya, justru analisis Karl yang bias.
Karl dianggap mengabaikan faktor-faktor yang memengaruhi pemodelan iklim, seperti letusan gunung berapi dan variasi suhu di Samudera pasifik yang disebut Pacific Decadal Oscillation (PDO). Karl juga dianggap terlalu berlebihan dalam memasukkan faktor pemanasan matahari pada awal abad 20. (Baca Negara dengan Sedikit Produksi Gas Rumah Kaca Rentan terhadap Perubahan Iklim)
Menurut Fyfe, laju pemanasan antara tahun 1972-2001 adalah 0,170 per dekade sementara antara 2000 - 2014 adalah 0,113. jadi, perbedaannya cukup signifikan.
"Ada ketidakcocokan antara prediksi perubahan iklim dan yang terobservasi," kata Fyfe. "Kita tak bisa mengabaikannya."

Dikutif dari : Nasional Geografi Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar